Komunikasi Efektif ala 7–38–55% Rules
Pernah gak sih udah excited banget mau cerita ke temen tapi temennya asik mainan hp, lalu minat cerita kita jadi hilang?
Pernah gak sih bestie kita nih cerita tentang first impression ke kita dulu kalo kita galak, judes, pendiem, atau lainnya, eh ternyata setelah berteman lama ternyata sifat-sifat tadi gak ada di kita?
Pernah gak sih kita udah nyusun kata-kata yang puitis, rapi, berseni buat waktu presentasi, eh tapi audiennya boring?
Menurut penelitian yang dilakukan Profesor Mehrabian, di tahun 1967, menunjukkan bahwa komunikasi nonverbal memiliki proporsi 93% dari proses komunikasi keseluruhan. Penelitian ini dikenal juga dengan nama “7–38–55% rules”.
7% — Kata-kata
38% — Intonasi suara
55% — Bahasa tubuh
Orang pertama kali melihat kita dari bahasa tubuh (body language). Bahasa tubuh juga digunakan untuk melihat konsistensi kita. Misalnya saat orang lain mengajak kita pergi jalan-jalan, kita menjawab “Ayo” tapi wajah kita datar. Bahasa tubuh lebih jujur daripada perkataan kita.
Lawan bicara akan merasa terintimidasi saat kita menatap matanya secara intens. Kita akan merasa terabaikan saat lawan bicara tidak menatap kita saat berbicara. Terlalu banyak gerakan akan diartikan perasaan tidak nyaman oleh orang lain. Maka disarankan untuk hati-hati dalam bersikap karena bisa menimbulkan salah persepsi.
Pengaturan intonasi saat berbicara juga berperan penting dalam komunikasi. Kecepatan bicara, tinggi rendahnya suara, artikulasi perlu diatur untuk menyesuaikan dengan lawan berbicara.
Saat seorang cerita ke kita tentang kesedihannya, gak mungkinkan kita akan berbicara dengan suara tinggi. Tinggi rendahnya suara juga akan bisa menandakan emosi seseorang.
Pernah liat orang yang memiliki gangguan berbicara komunikasi dengan bahasa isyarat, dan orang yang diajak berbicara pun paham maksud dari pembicara? Nah, ini membuktikan bahwa kata-kata bukanlah komponen tunggal dalam berkomunikasi.
Setiap komponen memiliki peranannya masing-masing. Namun, alangkah pentingnya untuk memaksimalkan penggunaan dari semua komponen untuk menciptakan komunikasi yang efektif.
Komunikasi yang efektif adalah saat pesan tersampaikan secara utuh dan pemaknaan yang sama sesuai dengan maksud si pembawa pesan. Oleh karenanya, menciptakan situasi yang nyaman dan memberikan feedback positif saat mengobrol adalah hal penting agar terjalin komunikasi dua arah yang baik.
Ketika kita bisa berbicara dengan kata-kata puitis dan intonasi yang tepat, tapi bahasa tubuh lainnya masih kaku, kita sudah mendapat (7+38) 45% dari efektivitas komunikasi.
Coba bayangkan, saat kita berbicara di depan orang lain dengan menggunakan gerakan tangan, tatapan mata yang antusias, kata-kata yang tepat, tapi intonasi kita masih terbata-bata. Kita mendapat skor lebih tinggi dari sebelumnya yaitu (7+55) 62% dari efektivitas komunikasi.
Percayalah, kemampuan komunikasi yang baik tidaklah datang dengan sendirinya. Mereka yang ahli dalam public speaking, ahli debat, ahli berpuisi telah memiliki banyak jam terbang, baik dari latihan rutin maupun tampil di depan umum.
Tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki diri. Mari kita belajar untuk terus menjadi pribadi yang lebih baik. Sebab kegagalan hanyalah milik dari orang-orang yang berputus asa.
Thanks and have a great day!